Saturday, 12 January 2019

 Cara Membedakan Sepatu Converse All Star Asli Sama Palsu (Bagian 2)

Cara Membedakan Sepatu Converse All Star Asli Sama Palsu (Bagian 2)

Dulu, gua pernah bagi informasi tentang perbedaan Chucks yang asli dan yang palsu. Lumayan juga tulisan gua dapet sambutan yang hangat dari mereka yang butuh informasi atau kejelasan tentang sepatu yang mereka beli. Terima kasih ya udah jadiin artikel gua acuan dan terima kasih kembali juga buat yang udah nanya nanya ke gua selama ini.

Waktu terus berjalan dan para produsen sepatu terus berinovasi biar dagangan mereka tambah disukai publik. Converse juga bawa perubahan yang agak signifikan terhadap model sepatu mereka yang paling laris, Chuck Taylor All Star (CTAS). Gua di sini bakal jelasin beberapa cara baru membedakan Converse KW atau palsu dengan yang asli.

1.  Logo

Pada tahun 2017, Converse memperbarui logo buat produk-produknya, Langkah ini katanya sebagai upaya maju ke depan dan menghadapi tantangan di era yang baru, tapi tetep pertahanin sebagian unsur-unsur yang udah lama ada.

logo Converse baru sejak 2017
logo sebelumnya

Bisa kita liat dari jenis font yang berbeda. Nggak ada lagi bintang di huruf O-nya. Jangan kaget atau pangling liat logo yang mungkin belum begitu familiar buat sebagian dari kalian. Logo yang baru ini juga memudahkan kita bedain barang asli sama palsu, karena mungkin yang palsu masih pake logo lama sedangkan itu udah dipensiunkan.


NB: Converse stok lama (yang masih dijual di gerai resminya) yang dibuat sebelum pertengahan 2017 masih pake font yang lama kayak foto di atas.

2. Heel Patch

Karena logo baru udah dipake, perubahan juga ngerembet ke detil-detil sepatu yang lain, termasuk heel patch.

logo dari ca. 2012 sampe 2017

Model terbaru. Font-nya udah beda, kan?

untuk Chucks 70s nggak ada perubahan


Biarpun di bagian tumit udah berubah, logo di lidah sepatu masih sama kayak model sebelumnya (atau mungkin juga yang gua pegang di tokonya ini stok lama). Kalo Converse yang KW mungkin masih pake logo lama sedangkan yang jual bilang barangnya masih baru.

Penting diingat juga kalo ada All Star yang cantumin tulisan Made in USA di bawah tulisan ALL STAR-nya, pasti sepatu itu dibuat sebelum 2003 kayak waktu pertama gua tulis di entri sebelumnya. Di taun itu pabrik Converse Amerika tutup dan produksi semua sepatu Converse dibagi ke banyak negara kayak Indonesia, India, Vietnam, dan Tiongkok.
  
3. Lubang Tali (eyelets)

Jumlah lubang tali sepatu Converse beda-beda tiap ukurannya. Untuk sepatu pria (varian low-top) dari ukuran 3 (UK/US) atau 35 sampe 8 (41,5) ada 6 lubang. Ukuran 8 (UK/US) atau 41,5 ke atas sepatunya berlubang tali 7. Untuk Chucks High Top, jumlah eyelets-nya 7 dari ukuran 3 (UK/US) atau 35 sampe 8 (41,5), dan 8 eyelets untuk ukuran 8 (41,5) dan seterusnya. 

Beda lagi dengan yang buat perempuan. Chucks Low-top ukuran 5 (US, EUR 35) sampe 10 (EUR 41,5) punya 6 lubang, dan 10,5 (EUR 42) ke atas ada 7 lubang tali. Varian High Top nya ada 7 eyelets dari 35-41,5 (5-10), dan 8 eyelets (42+) atau 10,5+.

4. Harga

Dulu gua pernah sebut CTAS low-top bisa dibanderol Rp. 400,000, tapi karena inflasi dan hal lainnya bikin harga CTAS dari Converse pusatnya berubah. Terakhir gua liat (Januari 2019)  harga CTAS low-top dimulai dari Rp. 600,000 dan yang versi high-top dari Rp. 650,000. Perbedaan harga bisa berdasarkan dari warna, material sama modelnya. 

Untuk Converse 70s, sepatu ini bahannya lebih keras dan lebih kuat ditambah lagi desainnya yang tempo dulu jadi sebab lebih mahal daripada CTAS biasa. Varian 70s low-top paling murahnya bisa ditebus uang Rp. 760,000, dan yang high-top Rp. 800,000. Batas atasnya bahkan lebih tinggi lagi, ada varian 70s yang sampe angka Rp. 2,000,000 (Chuck All Star II Boot).

Harga memang bisa berbeda sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan, coba buka situs resmi Converse dan liat langsung harganya. Ngga perlu jauh jauh ke mal atau toko sepatu buat cek harga kan, semua udah ada di ujung jari.

Memang di tulisan ini cuma "tambahan informasi" yang gua sajiin, tapi tetap masukan dan komentar dari kalian yang lebih tau bakal ngebantu kita lebih baik lagi dalam dapetin informasi tentang CTAS. Ditunggu ya saran dan komentarnya....

Sumber :

Friday, 11 January 2019

Cerita Tentang Converse Star Player...

Cerita Tentang Converse Star Player...

Dalam pergaulan masyarakat ketika ada pertanyaan "sebutkan salah satu model sepatu Converse", orang pasti bakal jawab All Star, Chuck Taylor, atau Chucks. Bagi mereka yang maniak sneaker mungkin punya jawaban lain; Weapon, Jack Purcell, dan sebagainya. Ngga banyak yang bawa nama Converse Star Player Ox ke dalam jawaban itu, mungkin karena orang tau bentuknya tapi kurang familiar sama namanya. Taunya cuma sepatu yang ada bintang sama anak panah yang warnanya samaan.

Pertama kali gua pake dan punya Converse Star Player, bensin Premium harganya masih Rp. 6,500 dan gua masih jadi mahasiswa. Diskon besar-besaran di akhir bulan Ramadhan yang sangat menggiurkan mempertemukan gua dengan sepasang Star Player OX. Warna hitamnya menyamarkan anak panah dan bintang yang jadi ciri khas produsen sepatu Amerika Serikat ini, dan garis biru tipis terlihat menyegarkan dan kalem bersatu dengan bagian karet sepatu yang putih bersih. 


Karena gua beli lagi sepatu lain yang ngga usah disebut namanya dalam tulisan ini, Star Player biru jadi jarang keluar rumah untuk sekedar gua pake jalan-jalan atau kuliah. Sampai 4 bulan dari hari pembelian, sepatu itu baru kena sedikit debu dan cipratan air yang mengering. Mungkin saatnya buat gua melepas sepatu yang suasananya kalem ini, yang bakal lebih sering dipake pemilik barunya daripada cuma huni kardus di dalam kamar gua.

Setahun Kemudian...

Lagi-lagi diskon dengan harga yang menarik jadi latar belakang niat gua untuk beli sepatu baru. Dana segar yang gua punya dikucurkan lagi untuk sepasang Converse Star Player lain dengan warna yang berbeda. Sepatu itu dibanderol Rp. 300,000, atau 1/3 dari harga semulanya.

Warna dasar hitam masih mendominasi Star Player kedua gua, namun warna abu ikut menghias bagian tumit bawah serta lidah sepatu, dan aksen merah di bagian dalam sepatu juga di tumit atas.

tempat yang sama, sepatu yang baru

Sebenernya tali bawaan sepatu ini warna abu, tapi karena gua kurang suka padu padan warnanya, diganti dengan warna merah yang lebih menyatu dengan sol dan lambang panah dan bintangnya. Satu hal lagi yang lebih nyuri perhatian gua adalah sepatu ini bahannya kini kulit, yang belum pernah gua punya sebelumnya. Awalnya, gua sempet mikir "Kok harus ya beli lagi sepatu yang sama dengan yang dulu? Apa nggak ada model lain?" Model lain memang ada, tapi modal berlebih yang nggak ada, hehe.

Cari Star Player dengan kualitas orisinal nggak terlalu susah, selama stok masih ada di gerai resmi yang jualin Converse. Dari sisi yang gelap (bajakan, maksudnya) model ini agak jarang ditiru karena popularitasnya kalah dari All Star dan merek sepatu lain yang lebih disukai masyarakat. Kalo kalian udah baca dan tau cara ngebedain Converse asli sama palsu, nggak sulit adaptasiin caranya ke Star Player. Menurut gua sih, lebih gampang tau cara bedakan Converse Star Player asli dan palsu daripada cara yang sama dengan model Chuck Taylor.

tanda pengenalnya, hehe

Di akhir tahun gua kuliah, Star Player merah hampir setiap hari dipake, dan dijeda beberapa kali untuk sepatu lain yang gua punya. Untuk soal kenyamanan saat berjalan, emang Star Player bukan tandingan Chucks yang pake lebih sedikit busa dan lebih banyak kanvas.

gua bersama Star Player merah di kampus orang lain


Seiring berjalannya waktu, hujan, panas, medan berbatu, mulus, berlubang, jalan setapak tanah dan lain-lain menguji daya tahan Star Player Merah. Sepatu ini bergeming meskipun di tahun kedua gua pake, sol di bagian tumit udah ngga rata lagi, dan lubang-lubang kecil mulai bermunculan. Saking besarnya distribusi berat di bagian tumit, garis hitam di bagian sol juga ikut terkikis. Tulisan "Converse" di dalam udah ngga keliatan, tapi label di lidah sepatu masih ada. Alur-alur sol juga udah makin botak yang mengharuskan gua hati-hati jalan di permukaan yang licin. Bisa-bisa bukan cuma suara decitan sol menggaruk lantai yang keluar, tapi suara orang kepleset.

bakal lebih sering berjemur kayak gini di musim hujan

Tahun 2019 ini menandai 4 taun sudah gua pake Converse Star Player Merah. Sepatu ini udah nunjukkin kualitasnya yang baik. Dulu pas masih sekolah, gua selalu ganti sepatu pertahunnya, tapi Star Player Merah belum harus diganti dengan yang baru. Ketahanan, kenyamanan, juga desain klasiknya yang ikonik sepadan dengan harga yang dibayar.