Thursday, 19 September 2019

Tahun 2010an : Kilas Balik Dekade (Bagian 2)

Tahun 2010an : Kilas Balik Dekade (Bagian 2)

Saatnya kita ngomongin lebih mendalam tentang apa aja yang terjadi di dekade 2010an, setelah di artikel sebelumnya gua ajak kalian nginget lagi kejadian olahraga, permainan, dan bencana alam sama tokoh-tokoh Indonesia yang meninggal di tahun 2010an.

Ketika duet rambut undercut & brewok adalah norma.

pemain Swedia Jimmy Durmaz, contoh yang brewokan + undercut

Buat cowok ya, hehe. Seinget gue dari taun 2014-15an banyak cowok rame-rame ke tukang cukur (beberapa lebih mau dipanggil barber) minta sebagian rambutnya dipapas sampe tipis dan sebagian lagi dibiarin panjang. Tapi nggak cuma disitu aja, mereka mulai cari di online shop ramuan penumbuh rambut buat.... cambang. "Bang, cukur kayak begini ya!" kata seseorang sambil nunjukkin foto Cristiano Ronaldo atau Sergio Ramos di layar HPnya. Kalian yang cewek mungkin terinspirasi dari Miley Cyrus di videoklip Wrecking Ball.

atau Natalie Dormer?

Fashion, gimana aja sih?

Pernah gua liat di sosial media banyaknya foto jaket-jaket tracktop a la adidas yang dijual online (2012-13), baju bola yang bikin gua kenal istilah KW, grade ori, grade AAA (2012-14), baju batik motif logo klub sepakbola (2014-15), tren jaket bomber gara-gara dipake presiden (2016), kaos plesetan semboyan Keep Calm & Carry On (2012-14), plesetan slogan Turn Back Crime (2016-17), sepatu NMD/Yeezy (2017-18), Supreme (2016-19), Hypebeast (2018-19) dan lain-lain.

gaya hipster juga banyak peminatnya


Dan jangan lupa, busana muslim jadi tren di pertengahan ke akhir 2010an. Tren ini muncul begitu beberapa artis atau orang terkenal mulai pake pakaian yang tertutup, dan belajar agama lebih dalam -hijrah maksudnya- Adanya fashion show busana muslim jadi sesuatu yang nggak banyak orang pikirin atau bayangin di tahun 1990an atau 2000an. Mungkin ada dari kalian cewek-cewek yang pake kerudung kotak-kotak, baju item gombrong, sama rok garis-garis? Memang nggak banyak hal mendetil yang bisa gua jelasin soal fashion -_-

Semua udah ada di ujung jari kita.

Tanya alamat, ke Google Maps aja. Mau naik kendaraan tapi jauh & daerah yang mau lo datengin nggak disentuh angkot, lo pake aplikasi ojek/taksi online. Mau baju/celana yang trendi tapi lo nggak nemuin alamat toko fisik yang jualnya, tinggal belanja di mall online dan beberapa hari kemudian kiriman paket dateng. Bahkan udah ada perusahaan fintech yang bisa ngasih lo penawaran pinjaman dengan syarat identitas sama foto selfie aja. Lo mau kencan aja udah ada aplikasinya yang tinggal geser-geser foto.


tinggal klik
Kegiatan belanja online memang udah ada sejak pertama kali ada internet, bertumbuhnya mall online di dekade 2010an dengan aplikasinya di gawai makin mempermudah cara kita belanja.

Dekade 2010an juga jadi perpisahan kita dengan sebagian media cetak. 

Masih berhubungan sama perkembangan teknologi, kebutuhan informasi juga jadi makin tinggi dan orang-orang haus akan informasi terbaru yang gampang diakses. Karena itu, di 2010an para jurnalis lebih fokus ke platform digital dan mulai tinggalin yang cetak.


edisi penghabisan Hai cetak (Juni 2017)
Lo mungkin pernah ngasih testimoni atau sampaikan salam perpisahan pada majalah FHM (2016), Rollingstone (2018), Kawanku (2016), Hai (2017), Autobild (2016), Motor (2017), tabloid Soccer (2014), Bola (2018), Motorplus (2018), Otoplus (2017), Sinyal (2016), sama Cek & Ricek (2019).

Generasi baru.

Setelah Generasi Y (milenial), dan Z, kita kedatangan adik-adik kita yang baru, yaitu Generasi Alfa. Generasi ini disebut orang lahir di pertengahan dekade 2010an. Ade-ade ini tumbuh dengan gawai-gawai sama ada di tengah-tengah perkembangan teknologi informasi yang makin cepat daripada pendahulunya. Mungkin waktu mereka besar nanti bakal tanya ke yang lebih tua gimana caranya dengerin lagu di CD/kaset pita, baca koran sama peta, atau nggak pake gawai sebentar aja. 


dari kecilpun generasi Alfa udah pake gawai

Biar kekinian, bernostalgia tahun 1990an.
 
Gua yakin nggak ada satupun dari kalian yang nggak pernah denger frasa "Generasi 90an", "Anak 90an", dsb. yang merujuk ke kumpulan orang yang lahir & beranjak dewasa di dekade terakhir abad 20 itu dan kenangan-kenangan di dalamnya. Semakin jauh dekade 1990an ditinggal, semakin dirasa "berharga" atau dikangenin karena zaman sekarang udah berbeda. 

 
Tetiba lo jadi pengen beli buku yang angkat nostalgia itu, atau bahkan cari di Youtube dan platform streaming musik lagu-lagu yang lo denger 20+ tahun yang lalu. Nggak sampe di situ, lo terkesima sama gulali dan permen kacang. Duh, rasanya enak ya gali lagi kenangan masa kecil atau remaja. Kan waktu itu belum sibuk sama masih bebas mau ngapain.

Tapi bukan cuma hal-hal manis yang dibawa nostalgia 90an, sayangnya. Dekade 1990an bisa anggap sebagai kenangan pahit juga. Soalnya di taun 1998 itu ada krismon, dan banyak di antara kita yang terdampak negatif. Ada pula yang nggak pulang kerabatnya. Sebagian orang terlarut banget sama nostalgia itu sampe ngeklaim mereka terhebat, paling bahagia, dsb. Efek sampingnya dari klaim-klaim ini, sebagian orang jadi abai, nggak hormat sama yang lebih tua, dan ngeremehin generasi di bawahnya. Gua percaya deh lo penikmat nostalgia yang baik, hehe.

Kebanyakan istilah yang bikin lo pusing

Setelah dulu lo heran akan arti kamseupay, ababil, kerdus, fudul (yang kalah populer dari kepo), lo dihadapkan lagi sama pewe, mager, gercep, julit, bucin, kerad, santuy, ashiap, dll. Trus ditambah istilah tabrak-tabrakan bahasa macem netijen +62 dari negara berflower, zaman now zaman old, penambahan kata auto (padahal nggak berhubungan sama transmisi yang nggak perluin lagi pedal/tuas kopling).

Apa aja sih yang lo pantengin dari HP?


Banyak orang habisin waktu berjam-jam di depan layar gawai (HP, tablet, laptop, dll.) yang sebenernya nggak baik, tapi kadang lo pengen tau apa aja sih yang trending sampe bikin orang berlama-lama dalam seharinya liatin semua konten itu?

Selain foto-foto berdiri/duduk di tempat wisata, caption yang dihiasi kutipan-kutipan, barang-barang yang dijual, para netizen beramai-ramai pake fitur instastory yang diperkenalkan instagram di Agustus 2016. Foto, video singkat, posting akun lain/sendiri, tautan, dsb. jadi alternatif buat mereka yang agak males posting sebagai foto atau cuma pengen sementara aja munculnya. Posting yang maksimal durasinya 15 detik dan bertahan 24 jam sebelum masuk arsip itu ngubah perilaku para pengguna Instagram secara luas.


Instastory (ikon bentuk lingkaran yg ditengahnya ada foto profil pengguna)
Meskipun di pertengahan-akhir 2010an popularitas Facebook berkurang akibat "adik angkatnya", Instagram, media sosial ini nggak jadi sepi & mati begitu aja. Karena di instagram cuma bisa komentar & sukai foto sama komentar, reaksi emosi (marah, sedih, suka, wow, lucu) dan balasan foto & GIF jadi hal yang mereka tawarin buat para pemakainya. Tumbuh juga fanpage bertema shitposting yang isinya posting tanpa caption yang asal tapi lucu dan mengejutkan.

contoh fp shipost, Qasidah Memes for All Occasions
Gua perkirakan nanti 2029 bakal ada posting kayak begini : Kalau kamu ingat ini, masa remaja kamu bahagia. Itu ngerujuknya ke foto lama lo yang disisipi filter anjing Snapchat.  Beberapa hal yang gua singgung di sini nanti bakal jadi bahan artikel untuk mereka yang pengen balik lagi ke masa kecil/remaja/dewasa awalnya yang berlangsung antara 2010-2019.