Saturday, 29 June 2019

Curug Omas: Air Terjun di Tahura


Haii teman teman kali ini gua mau berbagi tentang cerita gua jelajahi Taman Hutan Raya (TAHURA) Ir. H. Djuanda dan yang kali ini dibahas adalah Curug Omas atau Air Terjun Omas. Ada beberapa hal yang bikin kunjungan gua ke Curug Omas baru bisa dilakuin sekarang, kayak males, lupa, sibuk kegiatan lain, kebanyakan main di kota, dll. Terakhir gua ke TAHURA adalah setahun yang lalu ke Curug Dago, yang bisa diklik di sini ceritanya.

Lokasi Curug Omas lumayan jauh dari pusat kota, bahkan wilayahnya udah termasuk Kabupaten Bandung Barat. Misalkan kalo pergi dari Setiabudi, perjalanan bakal makan waktu kurang lebih 30 menit (pake motor) dan pasti lebih dengan mobil. Terlebih di akhir pekan, jalan menuju Curug Omas pasti macet karena dari Setiabudi dan Lembangnya pun udah begitu, boleh dicatat buat yang mau ke sana di akhir pekan.

Harga tiket masuk Curug Omas Rp. 10,000/orang di hari kerja (Senin-Jumat), sama kayak objek wisata TAHURA lainnya. Di akhir pekan atau hari libur harga masuk Curug Omas jadi Rp. 15,000/orang. Bayar juga Rp. 5,000 buat parkir motor dan Rp. 10,000 buat mobil.

tiket beli langsung di gapura

dikasih gelang pula

dan dimulai dari sini....

Setelah lewati gapura dan pos masuk, perjalanan ke air terjun dimulai. Sambil jalan liat kiri kanan, ada pepohonan tinggi dan kadang ada kawanan monyet bergelantungan. Kalo kecapean bisa istirahat dulu di pos dan tempat duduk yang ada satu kira kira per 100 meteran. Di tempat istirahat itu, nomor-nomor HP ditulis barangkali ada orang yang terlalu cape jalan dan ojekpun datang. 


Pertanda Air Terjun udah dekat, juga dalam bahasa Arab

Suara derasnya aliran sungai Cikapundung seakan sambut pengunjung yang datang, kedenger meskipun dari titik yang mana air terjunnya belum keliatan. Titian tangga-tangga kecil yang berbatu harus dilalui dengan hati-hati juga karena bisa licin saat hujan.

Makanan & minuman tersedia di warung-warung ini.

Ada tiga jembatan di air terjun ini, tapi cuma yang teratas dan terbawah yang bisa dipake nyebrang.

Ini jembatan pertama
Sayangnya jembatan kedua ditutup
Difoto dari jembatan terbawah (ketiga)

Dari jembatan ketigalah air terjun bisa dinikmati pemandangannya yang paling enak. Pagar-pagar dipasang tinggi supaya ada rasa aman untuk para pengunjung. Percikan-percikan kecil air terjun yang sampe ke jembatan ini makin memperkuat suasana di sini.




Lanjut ikuti jalan setapak yang dihubungi jembatan ketiga, kita bakal dianter ke tempat yang terasa lebih luas dari seberangnya. Di atasnya juga banyak warung dan ada tempat bermain buat anak-anak.

+

 
Kalo udah cukup, kita bisa balik lagi ke seberang tempat pertama kali kita sampe di air terjun lewat jembatan pertama.


Saatnya gua mengakhiri kunjungan, dan jalan terjal dan mendaki harus gua hadapi. DI awal-awal perjalanan balik suara air sungai masih membuat pikiran gua segar dan bikin gua lupa cape, tapi semakin jauh dari air terjun cuma ada gua, jalan setapak, pepohonan, dan rasa capek. Mana sih tempat ngaso, ada nomer ojeknya kan di situ?

Rasa lelah ilang begitu liat ini, udah sampe lagi ke peradaban :v

Saran yang baik untuk dituruti: bawa handphone/gawai lain yang batrenya penuh, air minum yang cukup atau kalau bisa, banyak, dan tentu aja bawa teman-teman biar lebih rame ke air terjunnya!



EmoticonEmoticon