Saturday, 26 November 2022

Lagu Piala Dunia Bukan Topik Buat Diributin

Lagu Piala Dunia Bukan Topik Buat Diributin

SETIAP kali datang musim bola, entah itu turnamen selevel antar benua atau yang cakupannya paling gede (Piala Dunia) pasti dirayain meriah banget, yang daya tariknya mulai dari aksi di atas lapangan, para pemain sampe ke perintilannya kayak musik. Musik ini media yang paling pas buat narik orang supaya mau ikut terjangkit demam bola. Makanya, tiap penyelenggara event besar khususnya di sepakbola serius garap musik buat acaranya.

Sedikit pelajaran sejarah aja nih, soundtrack resmi Piala Dunia yang dipilih FIFA baru ada di 1990 dengan lagu Un'Estate Italiana dari Gianna Nannini & Edoardo Bennato. Itu loh, yang dinyanyiin fans Italia pas negaranya juara Euro 2020. Versi bahasa Inggrisnya (tapi liriknya jauh beda) punya judul To Be Number One yang dibawain Giorgio Moroder Project. Lagu-lagu lainnya gantian seiringan sama edisi piala dunia yang beda juga, ngga ada yang dipake di lebih dari 1 edisi.

Ada 5 lagu yang jadi soundtrack resmi Piala Dunia Qatar 2022, gua sebutin judulnya aja ya (bisa bisa seartikel ini penuh kalo gue tulis juga penyanyinya) Tukoh Taka, Hayya Hayya, Light The Sky, Arhbo dan Dreamers. Masalahnya, waktu gua tonton videoklipnya Light The Sky di Youtube, laman komentarnya rame banget, tapi bukan soal muji lagunya. Kebanyakan orang ngeluh suasana yang dibawain semua lagunya ngga sama kayak edisi 2010, Wavin Flag & Waka Waka.

Sekedar informasi, Wavin Flag awalnya ditulis penyanyi Kanada-Somalia K'naan buat negara leluhurnya (Somalia) yang lagi dilanda perang saudara. Lagu ini juga jadi penyemangat korban gempa Haiti 2010 tapi liriknya beda. Siap-siap kalian kecewa nih, sebenernya Wavin Flag bukan lagu resmi Piala Dunia 2010. Coca-cola jadiin ini lagu promosinya buat hajatan itu, terus kita tau sendiri; lagu ini meledak di pasaran. 

Kalo bukan Wavin Flag, terus apa? Waka Waka yang resmi jadi soundtrack Piala Dunia Afrika Selatan, tapi ternyata juga ngga lepas dari kontroversi. Lagu ini dituding jiplak karya band Kamerun Zangalewa yang judulnya Zamina mina, populer di era 80an. Persoalan itu selesai setelah ada komunikasi dari pihak Shakira, Zangalewa sama label Sony. Klik aja di bawah ini kalo mau dengerin kayak gimana aslinya samina mina ee.


Dan inilah keluh kesan netizen di laman komentar Light The Sky:

barisan gagal move on

kaum mendang mending bandingin lagu

dan ini yang paling militan

Kalo kita liat lagi komentar-komentar ini, kebanyakan orangnya punya ikatan emosional sama Wavin Flag & Waka Waka. Ini ada penjelasan ilmiahnya. Psikolog Francoise Nicoloff sebut musik -terlebih yang kita denger di masa kecil- lebih punya makna karena 3 perkara; kita lebih sensitif sama suara sewaktu kecil, pengalaman emosional bakal terpatri dalam ingatan, dan suara salurkan energi ke otak. 

Meskipun nggak ada yang gamblang sebut soal masa kecil, tapi kita bisa duga para komentator di Youtube Light The Sky ngerasa Piala Dunia 2010, atau lagunya itu momen yang paling menyenangkan dalam hidup mereka. Saking kuat ikatan batinnya sampe mereka nggak mau atau nggak seneng dengerin lagu baru, di turnamen yang baru. Pola pikir mereka udah diatur kalo istilah "piala dunia" itu semacem shortcut icon ke edisi 2010 yang di Afrika Selatan, atau lagu piala dunia itu pasti yang ada Knaan sama Shakira-nya. Orang yang lebih tua mungkin pilihnya Un'Estate Italiana atau La Copa de la Vida (1998), kebetulan juga mereka nggak nyemplung debat sama yang lainnya. Haha. 

Soal emosi, semua lagupun punya emosi, tapi kalo masih baru tentunya kita bakal ngerasa asing dengerinnya. Waktu gua nulis inipun baru matchweek 2 fase grup piala dunia 2022, belum banyak drama & kehebohan. Pantes aja netijen nganggap ini-itu 'masih hambar'.

Emang nggak ada salahnya kalo kalian juga setuju sama loyalis Piala Dunia 2010, tapi kan waktu itu terus berjalan. Abis satu turnamen, bakal ada turnamen lainnya. Sekiranya Wavin Flag & Waka Waka jadi soundtrack Piala Dunia selamanya, nggak diganti-ganti, kita malah bosen dan lagunya nggak kerasa spesial lagi, kan? Terus nggak nyambung juga, liriknya tentang Afrika tapi hajatannya di benua lain. 

Ada waktunya kok buat soundtrack edisi 2022 masuk memori, pas turnamennya udahan, sama 2026 mulai. Gue yakin para bocah sekarang pas mereka dewasa di Piala Dunia 2038 nanti bakal kenang betapa kerennya Hayya HayyaDaripada cuma sibuk ngeluh, misuh gara gara lagunya nggak sama kayak dulu, mending kita nikmati aja Piala Dunia apa adanya, kan? Justru pengalaman beda yang bikin setiap piala dunia itu unik.

sumber : https://www.linkedin.com/pulse/music-your-childhood-could-mean-more-than-mere-fran%C3%A7oise-nicoloff